
kabarsatunusantara.com – El Nino lagi, gaes! Tahun 2025 ini, fenomena alam yang satu ini kembali hadir dan mulai menunjukkan taringnya. Buat yang belum familiar, El Nino adalah kondisi cuaca ekstrem yang bikin sebagian wilayah Indonesia kekeringan karena curah hujan berkurang drastis. Nah, efeknya nggak main-main, terutama buat sektor pangan. Yuk, kita bahas gimana El Nino 2025 ini ngasih dampak ke perut kita semua secara langsung maupun nggak langsung.
El Nino Itu Apa Sih?
Sebelum ngomongin dampaknya, kita perlu ngerti dulu El Nino itu apa. El Nino adalah fenomena pemanasan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Akibatnya, pola cuaca global jadi kacau. Indonesia yang biasanya basah dan penuh hujan, malah jadi kering kerontang. Musim tanam jadi mundur, air susah didapet, dan yang pasti: hasil panen ikut terganggu.
Musim Tanam Jadi Berantakan
Salah satu efek paling terasa dari El Nino 2025 ini adalah mundurnya musim tanam. Petani padi yang biasanya mulai nanam di bulan Oktober atau November, tahun ini harus ngaret sampe Desember, bahkan Januari di beberapa daerah. Soalnya, hujan yang ditunggu-tunggu nggak kunjung turun. Kalau udah gini, produksi pangan—terutama beras—bisa-bisa anjlok.
Padahal kita semua tahu, beras adalah makanan pokok mayoritas orang Indonesia. Kalau panen telat dan gagal, bisa jadi harga beras melambung. Dan sayangnya, itu udah mulai kejadian di beberapa pasar tradisional. Harga naik pelan-pelan, tapi pasti.
Harga Pangan Naik, Dompet Menjerit
Nggak cuma beras. Sayur-mayur, cabai, bawang, bahkan buah-buahan juga kena imbas. Karena pasokan dari petani makin sedikit, otomatis harga naik. Di Jakarta aja, harga cabai rawit merah udah nyentuh Rp90 ribuan per kilo. Ini baru awal tahun, lho!
Buat ibu-ibu rumah tangga dan warung makan, ini jadi tantangan tersendiri. Budget belanja harus ditambah, atau porsi dikurangi. Sementara itu, masyarakat berpenghasilan rendah makin sulit buat dapetin makanan bergizi.
Solusi: Jangan Panik, Tapi Harus Siap
Pemerintah sebenarnya udah ambil langkah. Salah satunya dengan mempercepat distribusi bantuan pangan ke daerah yang rawan kekeringan. Selain itu, Perum Bulog juga lagi aktif-aktifnya ngeluarin cadangan beras pemerintah (CBP) buat stabilisasi harga.
Tapi tentu aja, kita nggak bisa bergantung 100% ke pemerintah. Masyarakat juga perlu siap-siap. Misalnya, mulai dari tanam sendiri kebutuhan dapur seperti cabai dan tomat di halaman rumah, atau ikut program urban farming yang sekarang mulai banyak digalakkan di kota-kota besar.
Buat petani, penting banget untuk mulai adaptasi dengan sistem pertanian yang lebih tahan kekeringan. Bisa dengan ganti varietas tanaman, pakai irigasi tetes, atau sistem tanam tumpangsari biar nggak terlalu bergantung pada satu jenis tanaman.
El Nino: Bukan Musuh, Tapi Harus Diwaspadai
Sebenernya, El Nino bukan hal baru buat kita. Fenomena ini datang hampir tiap 2-7 tahun sekali. Tapi yang bikin beda adalah seberapa siap kita menghadapinya. El Nino 2025 ini jadi pengingat bahwa ketahanan pangan Indonesia masih sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Kalau kita semua—dari pemerintah, petani, sampe masyarakat umum—bisa kerja bareng dan saling bahu-membahu, dampaknya bisa diminimalkan. Tapi kalau kita cuek dan anggap remeh, bisa jadi krisis pangan beneran menghantui.
Penutup
El Nino 2025 emang bikin hidup jadi lebih menantang, terutama buat sektor pertanian dan pangan. Tapi jangan keburu panik. Dengan kesiapan yang matang dan kerja sama dari semua pihak, kita bisa lewatin badai ini. Ingat, Indonesia udah pernah hadapi El Nino sebelumnya—dan kita masih berdiri sampai sekarang. Jadi, yuk tetap waspada, jaga konsumsi, dan bantu petani lokal sebisa mungkin!