
Arab Saudi baru-baru ini mengumumkan kesepakatan senilai US$3,5 miliar untuk membeli Niantic, pengembang game Pokemon GO. Pembelian ini menandai langkah besar kerajaan dalam mengembangkan sektor teknologi dan hiburan digital domestik, sekaligus memperkuat peran Arab Saudi di industri game global. Namun, langkah ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang privasi dan keamanan data, terutama informasi lokasi yang dikumpulkan oleh aplikasi Pokémon GO.
1. Kesepakatan Pembelian Niantic
Pada Maret 2025, Arab Saudi, melalui dana investasi Public Investment Fund (PIF), mengumumkan bahwa mereka membeli mayoritas saham Niantic dengan nilai mencapai US$3,5 miliar. PIF telah menjadi kekuatan besar dalam pendanaan berbagai sektor ekonomi global, dan kesepakatan ini menunjukkan ambisi mereka dalam hiburan dan teknologi.
2. Dampak Ekonomi dan Sosial
Kesepakatan ini memberi dampak signifikan pada sektor teknologi dan membuka peluang bagi Arab Saudi untuk memperkuat posisi mereka di industri game global. Dengan meningkatnya popularitas game berbasis AR dan VR, pembelian ini dapat menjadi langkah strategis untuk memasuki pasar hiburan digital yang berkembang pesat.
Pemerintah Arab Saudi, melalui PIF, berusaha mendiversifikasi ekonomi agar tidak bergantung pada minyak, sejalan dengan visi “Saudi Vision 2030.” Investasi ini bertujuan mengembangkan sektor teknologi, meningkatkan kualitas hidup, dan menciptakan lapangan kerja baru bagi generasi muda Arab Saudi.
3. Kekhawatiran tentang Keamanan Data
Namun, akuisisi Niantic memicu kekhawatiran terkait privasi data pengguna Pokémon GO, khususnya pengumpulan data lokasi yang sangat rinci. Pokémon GO menggunakan GPS untuk menentukan posisi pemain dan memungkinkan mereka menemukan Pokémon di lokasi tertentu. Meski data ini penting untuk pengalaman bermain, ada kekhawatiran bahwa data lokasi bisa disalahgunakan.
Arab Saudi, dengan kebijakan pengawasan ketat, menjadi sorotan terkait peraturan privasi dan kebebasan data. Setelah mengakuisisi Niantic, banyak yang khawatir bahwa pemerintah Saudi dapat mengakses data pengguna Pokémon GO dan aplikasi lain berbasis AR, yang bisa digunakan untuk tujuan pengawasan.
Kelompok hak asasi manusia juga khawatir bahwa privasi akan dilanggar, mengingat sejarah pemerintah Arab Saudi dalam memantau aktivitas online warganya. Ketergantungan pada aplikasi berbasis lokasi membuat data yang terkumpul sangat sensitif, mengungkapkan kebiasaan, perjalanan, dan pola kehidupan pengguna.
4. Respons dan Pengawasan
Niantic dan Arab Saudi berupaya mengatasi kekhawatiran ini dengan mematuhi peraturan perlindungan data internasional, seperti GDPR di Eropa dan CCPA di California. Tantangan utama adalah bagaimana kebijakan privasi Arab Saudi dapat mempengaruhi pengelolaan dan perlindungan data pengguna. Meskipun Niantic beroperasi global, pengaruh Arab Saudi sebagai pemegang saham utama dapat mempengaruhi kebijakan pengumpulan data.
5. Tantangan ke Depan
Kesepakatan ini kemungkinan akan menarik perhatian lebih lanjut terkait regulasi dan kebijakan privasi di seluruh dunia. Negara-negara lain mungkin akan meninjau dan memperketat peraturan terkait penggunaan data oleh perusahaan yang berbasis di negara dengan kebijakan pengawasan ketat. Selain itu, pembelian ini membuka diskusi lebih luas tentang adaptasi kebijakan privasi dengan teknologi baru seperti AR dan VR.