
Presiden Joko Widodo kembali menyita perhatian publik, kali ini lewat pernyataan santainya soal kemungkinan menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dalam sebuah kesempatan, Jokowi secara terbuka menyebut bahwa ia tengah “menghitung peluang” untuk memimpin PSI, pernyataan yang sontak menimbulkan beragam reaksi—mulai dari yang menganggapnya guyonan, hingga yang menafsirkan sebagai manuver politik serius.
Pernyataan itu keluar dalam konteks Jokowi berbicara di hadapan kader PSI. Ia menyampaikan kekagumannya pada semangat muda partai tersebut, bahkan menyebut PSI sebagai partai yang “berani dan lantang” dalam menyuarakan gagasan. Namun, saat menyebut kemungkinan menjadi ketua umum, banyak pihak menilai Jokowi tidak sekadar bercanda, melainkan sedang mengirimkan sinyal politik tertentu.
Sebagian pengamat menilai, Jokowi ingin menunjukkan bahwa ia masih punya pengaruh besar setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden. Dengan menyebut PSI—partai yang identik dengan kaum muda dan loyal terhadapnya—Jokowi mungkin sedang menyiapkan kendaraan politik baru atau setidaknya menjaga opsi politik tetap terbuka.
Namun, ada juga yang menganggap ucapan itu sebagai sindiran halus terhadap partai-partai besar yang mulai menjauh atau bersikap pragmatis menjelang akhir masa jabatannya. Jokowi dikenal sering menyampaikan pesan politik melalui humor atau komentar yang tampak ringan, tapi menyimpan makna strategis.
Apapun maksudnya, publik kini memandang relasi Jokowi dan PSI dengan kacamata baru. Apakah ini benar-benar awal langkah politik pasca-presiden? Ataukah sekadar cara Jokowi menjaga panggung politik tetap riuh? Yang jelas, satu ucapan bisa menjadi gelombang, terutama jika datang dari seorang presiden yang masih sangat berpengaruh slot deposit 10k.