
KABARSATUNUSANTARA.COM – Dalam dinamika ekonomi global yang semakin kompleks, ketegangan perdagangan antarnegara menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi dunia internasional. Di tengah kondisi ini, Indonesia menyuarakan dukungannya terhadap peran Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) sebagai institusi kunci dalam meredakan konflik dan mendorong sistem perdagangan multilateral yang adil dan terbuka.
Indonesia menilai reformasi WTO adalah hal yang krusial demi memastikan bahwa lembaga ini dapat merespons tantangan zaman, termasuk proteksionisme, perang dagang, dan ketidakpastian geopolitik.
Peran WTO dalam Meredakan Ketegangan
WTO dibentuk pada tahun 1995 sebagai kelanjutan dari GATT (General Agreement on Tariffs and Trade), dan hingga kini telah menjadi pusat dari sistem perdagangan internasional. Fungsinya adalah menciptakan aturan bersama bagi negara-negara anggota agar perdagangan berjalan adil, transparan, dan dapat diprediksi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, WTO menghadapi tantangan berat: dari ketidaksepakatan antar anggota, kebuntuan dalam perundingan, hingga sistem penyelesaian sengketa yang lumpuh sejak Amerika Serikat memblokir pengangkatan hakim di Badan Banding WTO.
Indonesia berpandangan bahwa di tengah meningkatnya ketegangan dagang global—seperti antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta efek dari perang Rusia-Ukraina—keberadaan WTO sangat vital. Dengan jalur negosiasi yang terbuka dan kerangka hukum yang jelas, WTO dapat menjadi instrumen utama untuk meredakan konflik dan mencegah eskalasi lebih lanjut.
Komitmen Indonesia terhadap Perdagangan Multilateral
Sebagai negara berkembang dengan ekonomi terbuka, Indonesia memiliki kepentingan besar dalam menjaga stabilitas sistem perdagangan global. Ketergantungan Indonesia terhadap ekspor, khususnya komoditas pertanian, produk industri, dan barang manufaktur, membuat stabilitas dan kepastian dalam perdagangan internasional menjadi faktor penting.
Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa reformasi WTO harus mencakup penguatan fungsi negosiasi, transparansi dalam kebijakan perdagangan, serta revitalisasi sistem penyelesaian sengketa. Selain itu, Indonesia juga mendorong agar isu-isu pembangunan tetap menjadi bagian penting dalam agenda WTO, terutama menyangkut kepentingan negara-negara berkembang dan kurang berkembang.
“Indonesia percaya bahwa WTO masih sangat relevan. Namun, organisasi ini perlu menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Tantangan kita saat ini bukan hanya soal tarif, tapi juga soal subsidi, hambatan non-tarif, hingga isu-isu digital dan lingkungan,” ujar Menteri Zulkifli Hasan dalam pernyataan resminya.
Peran Indonesia di Forum Global
Dukungan terhadap WTO tidak hanya bersifat normatif. Indonesia juga aktif terlibat dalam perundingan dan kerja sama regional maupun multilateral. Indonesia, misalnya, merupakan anggota aktif dalam kelompok G33, yaitu aliansi negara-negara berkembang yang memperjuangkan isu ketahanan pangan dalam perundingan pertanian di WTO.
Selain itu, Indonesia juga berperan aktif dalam mendorong tercapainya hasil konkret pada pertemuan MC13. Salah satu hasil penting dari pertemuan tersebut adalah kesepakatan untuk melanjutkan moratorium bea masuk atas transaksi elektronik lintas batas, yang sangat relevan dalam era digital saat ini. Moratorium ini menjadi sinyal penting bahwa negara-negara anggota masih mampu mencapai konsensus, meski tantangan geopolitik semakin kompleks.
Tantangan ke Depan dan Harapan Indonesia
Meski menunjukkan dukungan kuat, Indonesia juga menyadari bahwa reformasi WTO tidak akan mudah. Perbedaan kepentingan antara negara maju dan negara berkembang, serta meningkatnya unilateralisme dalam kebijakan perdagangan beberapa negara besar, menjadi tantangan nyata.
Namun, Indonesia tetap optimistis bahwa dengan semangat kerja sama dan komitmen politik yang kuat dari semua anggota, WTO dapat kembali menjalankan fungsinya secara efektif. Indonesia juga berharap bahwa sistem perdagangan multilateral yang inklusif dan berbasis aturan (rule-based) tetap menjadi fondasi utama dalam tata ekonomi global.
Sebagai negara yang tengah bertransformasi menuju negara maju, Indonesia memiliki peran strategis untuk menjembatani perbedaan antara negara-negara berkembang dan maju. Melalui diplomasi ekonomi yang aktif, Indonesia berupaya menciptakan ekosistem perdagangan global yang lebih seimbang, berkelanjutan, dan berpihak pada pembangunan.